Feeds:
Posts
Comments

Eksklusif dalam Pergaulan

Saya anak sulung dari dua bersuadara. Punya adek yang lebih muda satu tahun. Sedari kecil kami selalu bersama. Sampai suatu ketika, saya lebih senang main bersama teman seangkatan SD. Maklum SD saya di kampung jadi ya isinya hanya 6 orang. Tugas prakarya, PR dan belajar kelompok membuat kami sering bersama tidak hanya di kelas tapi juga pulang sekolah. Kami kompak, kami bahagia, kami rame! Tahun berganti, adek saya merasa kami eksklusif. Dan itu membuatnya jadi jarang maen dengan saya, sementara temen-temen yang satu angkatan sama dia rumahnya jauh-jauhan. Dia ada di dekat saya tapi dia jauh dari saya dan kadang sendirian. Entah berapa kali adek saya protes, menunjukkan dan bicara kepada saya betapa ia tidak suka dengan sikap saya.

Dek…mungkin itu yang kini mbak rasakan šŸ˜€

Sun jauh dari Mbakmu šŸ˜€

Siapa yang suka matematika waktu SD, SMP? Pasti banyak yang langsung angkat tangan. Matematika kala itu lebih banyak hitungannya, ga perlu ngapalin dan pasti jawabannya udah unik hanya satu aja, meski caranya berbeda-beda. Gimana kalau udah SMA? Di SMA bisa jadi keperscayaan diri kalo, “guwe suka banget matematika” mulai luntur. Di sinilah matematika lo diuji, mulai ketemu logika, persamaan dan pertidaksamaan yang lebih dari 2 variabel, integral, turunan, dll. Makin pudar atau makin penasaran sampai sayang yang takterdefinisi. Di SMA, mulai banyak kompetisi matematika, nilai bagus di pelajaran matematika pun belum jamin makin pede. Di luar sana banyak yang lebih keren matematikanya, mereka yang menang di kompetisi matematika.

Kepercayaan diri lo saat SMA itu bisa jadi salah satu alasan, “Guwe kuliah apa ya? Di mana?” Kuliah di Teknik, MIPA atau Ekonomi butuh mathem yang kuat, apalagi kalau lo milih kuliah di PTN yang akreditasinya A. Guwe bisa jamin, varian ilmu matematika yang jadi matkul wajib akan jadi kuliah yang “menyenangkan” dan butuh kerja keras. Apalagi kalau lo kuliah di Jurusan Matematika ;D

Kuliah di jurusan Matematika itu bukan kuliah hitung-hitungan, tapi guwe lebih suka menyebutkan sekolah bahasa logika dan simbol ;D

Ya, guwe pernah kuliah S1 Matematika dan Alhamdulillah bisa keluar dengan lulus meski butuh 5 tahun. Kuliah di matematika itu menarik sekaligus susah sekaligus menyenangkan. Dulu hampir semuat matkul jaman guwe kuliah. Pertanyaan sama, pasti ada minimal satu soal yang bunyinya, “Buktikan blabla bla….!” Ituh ya, rasanya nano nano, butuh ilmu, logika dan kreativitas buat akhirnya keluar kata “Terbukti!”

Tapi, jika lo tahu, ada banyak pelajaran yang guwe dapat dari s1 guwe

  1. Banyak berdoa dan bersyukur. Soal yang susah, pembuktian skripsi yang belum ketemu. Guwe yakin justru banyak berdoa dan sering beribadah supaya Allah bukakan ilmu, biar lo bisa menyesaikan soal dan pembuktian itu ;D
  2. Matematika ituh ngajari lo jujur, dan percaya kalau dirimu mampu dan bisa. Soal ujian guwe hampir semuanya essay yang closed book. Jadi lo bisa bayangin saat ujian gimana kami-kami ini ;D
  3. Lo masih akan tetep ga bisa lepas dari matematika setelah lo lulus. Abis s1, entah karena saking penasarannya sama perjuanganmu kuliah dan dapat nilai yang ga terlalu bagus atau malah pengen “istirahat” dari simbol-simbol, lo bakal dihadapin dengan keinginan buat belajar lagi. S2 di matematika lagi karena candu, atau ambil terapannya ke komputer atau banting setir ke yang butuh logika aja macam saya ;DĀ  Tahu gak ujung-ujung saya merasa nyesel dulu ga kuliah dengan baik, padahal banyak kepakai matematika jaman s1. Yang lebih baik lagi, ngrasa haus ilmu kek temen-temen s1 saya yang terus dan terus belajar. Saya selalu bangga sama orang yang ga pernah lelah belajar dan belajar, merasa ilmunya kurang dan begitu rendah hati dengan ilmu yang dimiliki sampai takada waktu untuk menyombongkan ilmunya. Ya, temen-temen saya yang kira-kira udah 10 tahun lulus dari s1 matematika, banyak yang udah s2 bahkan s3 matematika, jadi peneliti atau dosen ataupun bidang-bidang yang memanfaatkan ilmu matematika mereka. Semoga ilmunya makin barokah.

Saya bangga pernah S1 Matematika ;D

 

Tulisan ini tentu tidak mengesampingkan temen-temen yang memilih berada di luar jalur matematika ketika lulus kuliah. Semua dikarunia takdir yang unik sama Allah. Banyak-banyak bersyukur, dikarunia amanah putra putri yang banyak, sholih dan sholihah, suami yang sholih, rezeki yang halal dan baik, punya banyak waktu belajar agama, siapa yang tidak ingin? Semoga ilmu jadi amal yang baik.