Lebih dari seminggu ini saya di rumah, di Dekso yang masih 20km dari Jogja. Ada beberapa hal yang hendak saya selesaikan dalam 10 harian. Ya, saya cuti 7 hari dapat 11 hari. Semoga saya masih ingat buka komputer kantor π
Ada hal yang saya rasa sama ketika saya masih belajar di Jogja. Pagi pagi Ibu pasti sudah memasak, sekadar oseng dan goreng tempe atau tahu. Rutinitas yang sama. Sebelum jam 6 pasti sudah di atas meja. Sekali kali saya turun ke bawah, meski lebih sering jarangnya, saya masih di depan laptop.
Saya pasti hampir selalu segera makan, hehehe, sangat berbeda dengan beberapa orang di rumah yang masih harus menunggu siang perutnya diisi. Ya saya telah terbiasa, saya bangga ketika ibu memasak, sayang kalau tidak segera dimakan π
Kapan itu saya dan 2 temen ngobrol di kedai roti, nongkrong cantik gitulah. Kami para gadis, yang dikarunia ibu dengan beda-beda profesi. Temenku A, ibunya IRT, dan bahagia ketika kadang ibunya bisa keluar rumah, ketemu atau nganter temen. Itu me time ibu nya. A juga bahagia ketika ibunya “ngomel” artinya ga ada yang disimpan di hati, habis itu lega. Beda dengan ibunya B. B syok ketika mendapati dirinya menggantikan peran ibunya dicurhati banyak orang dan harus berusaha bersikap tenang seperti ibunya. B bilang tidak mudah bersikap seperti Ibunya. Ibu B karena kesehatan kini lebih sering di atas ranjang. Saya? Mendengarkan mereka sudah cukup untuk mensyukuri, betapa beruntungnya saya, betapa hebatnya ibu saya.
Ibu, saya memang taksering bercerita banyak hal padamu, tapi saya yakin yang takterucap itu, ibu paham. Sebuah kebahagiaan saya bisa sering pulang, sekadar bersama atau mendengarkan harapan harapan Ibu, memenuhi titipan amanah amanah Ibu.
Sehat sehat Ibu, semoga selalu dilindungi Allah.
*mewek di atas Taksaka π
Leave a comment